Search This Blog

Tuesday 5 August 2014

KKP Bersama WorldFish Susun Rencana Induk Perikanan Budidaya



Pemerintah mendorong keberlanjutan pasokan dan permintaan hasil perikanan di masa depan melalui pengembangan teknologi budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini tentu saja diperlukan roadmap pengembangan  perikanan budidaya kurun lima tahun ke depan.
            Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) pun menggandeng WordFish sebagai organisasi nirlaba internasional di Asia untuk bersama-sama menyusun rencana induk budidaya perikanan nasional hingga tahun 2020, melalui proyek penelitian Aquaculture Future Indonesia yang akan dilaksanakan selama delapan belas  bulan.  Organisasi non profit ini akan melihat peranan aquaculture Indonesia ke depan, melakukan serangkaian kegiatan dan identifikasi kebutuhan bahan baku yang disiapkan  Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Ditjen Budidaya).
            Menurut Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, kerjasama dengan WorldFish sangat menguntungkan bagi Indonesia. “Kerjasama ini mereka yang membiayai, sehingga  kita dapat keuntungan dari kegiatan mereka. Masukan  dari WorldFish akan berguna untuk peningkatan produksi ikan ,” kata Slamet Soebjakto, di Jakarta, belum lama ini.
            WoldFish akan melakukan kegiatan di sejumlah kawasan perikanan budidaya selama 18 bulan. Nah, setelah itu hasil kegiatannya akan dimanfatakan untuk masukan RPJM ke depan. “Ini satu langkah yang awal yang bagus. Kita hanya memberi fasilita sterhadap organisasi internasional nir laba tersebut. Tentu saja kegiatan yang dilakukan akan memberi manfaat untk KKP,” tegas Slamet Soebjakto.
            Menurut Slamet, akuakultur ke depan sangat dihandalkan dalam hal penyediaan stok ikan. Sebab,  kalau stok ikan mengandalkan dari tangkapan kondisinya sudah stagnan. Nah, dalam kondisi seperti ini Indonesia dianggap memiliki peranan penting. “Kita bisa jadi produsen ikan budidaya ke dua setelah China. Kita juga punya lahan yang sangat potensial untuk dikembangkan,” papar Slamet Soebjakto.
            Saat ini Indonesia  sudah diperhitungkan sebagai negara yang secara signifikan menjadi penghasil perikanan budidaya di dunia. Nah, peran ini tentu saja perlu dikawal dengan petunjuk dan sistem yang kuat agar secara efisien dapat menghasilkan ikan yang berkualitas. Skala usaha masyarakat dengan tingkat kepastian iklim usaha yang tinggi pun harus tetap dijaga. 



Ketahanan Pangan
Kerjasama KKP dengan WorldFish akan diarahkan pada kegiatan di beberapa lokasi percontohan perikanan budidaya. Mereka akan mendatangi setiap kawasan percontohan tersebut. Nantinya, dalam kegiatan itu akan tergambarkan berapa besar kebutuhan akuakultur yang diperlukan, serta tingkat konsumsinya berapa berapa besar.
“Karena hasil kegiatan ini akan dimanfaatkan untuk acuan RPJM ke 3 nanti diharapkan kegiatan budidaya yang dilakukan bisa dimasalkan supaya bisa dikembangkan masyarakat untuk ketahanan pangan,” kata Slamet Soebjakto.
Kawasan budidaya yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan mereka meliputi kawasan budidaya laut, payau, dan tawar.  “Kali ini baru awal dan masih didiskusikan. Nanti kita akan lanjutkan lokasi mana saja yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan. Pastinya, di barat hingga timur ada bermacam-macam  komoditas,” kata Slamet.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan, konsep budidaya yang dikembangkan nantinya akn diarahkan untuk ketahanan pangan. Artinya, kegiatan yang dilakukan bisa dimassalkan, menyerap tenaga kerja banyak,  bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, dan tetap memperhatikan lingkungan. Diharapkan. Kegiatan ini  bisa menjadi pilot  project perikanan berkelanjutan dan blue economy.
“Kita sudah ada beberapa contoh pengembangan budidaya yang terintegrasi di Lombok Tengah dan Timur. Di kawaan ini ada beberapa komoditi terintegrasi dan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitanya,” kata Slamet.
Slamet juga mengatakan, meskipun setiap usaha budidaya nantinya bisa dimasalkan, hingga saat ini usaha budidaya masih mengalami persoalan krusial khususnya berkaitan dengan jaminan bebas penyakit,dan bebas cemaran. Untuk itu, proses usaha budidaya perlu dikawal dengan sistem jaminan mutu  seperti Indo GAP (CBIB dan CPIB).  Sementara itu,  efisiensi produksi hanya dapat dilakukan melalui inovasi teknologi, pembentukan usaha melalui kelompok mandiri yang sehat serta intervensi pemerintah dalam membentuk pola usaha yang tangguh.
Di sisi lain,  usaha yang dilakukan pembudidaya sering menghadapi kesulitan finasial yang sangat memerlukan kematangan organisasi dan suntikan modal. Nah, hasil kegiatan  WoldFish ini diharapkan bisa menjadi roadmap  perikanan budidaya dan dapat dijadikan bahan rujukan dalam penentuan RPJM ke depan.

No comments:

Post a Comment