Probiotik Berbahan Daunan Hijau

Kualitas air yang kurang baik menjadi hambatan dalam kegiatan budidaya. Satu-satunya jalan agar air bisa dijadikan sarana dan prasaran budidaya, perlu  penambahan probiotik pada wadah budidaya. Probiotik bisa dibuat sendiri dari daun-daunan hijau. Berkat probiotik ini, maka kualitas ikan meningkat dan biaya produksi tak membengkak.

            Kebutuhan akan probiotik dalam dunia bisnis perikanan semakin meningkat, tapi di sisi lain harga probiotik yang sebagian besar merupakan produk import tidak bisa dijangkau pembudidaya kecil.

            Beberapa orang seperti peneliti dan penyuluh berlomba-lomba untuk menghasilkan probiotik yang aman lingkungan tetapi tetap berkualitas. Salah satunya Ir. Sugiyanto, penyuluh perikanan dari Balai Penyuluhan Kecamatan Majenang, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Cilacap.

            Beliau berhasil membuat probiotik yang diaplikasikan pada air kolam budidaya menggunakan  dedaunan hijau seperti lembesan, daun glirisida, daun johar, binahong hingga tetes tebu. “Dedaunan ini mudah diperoleh di sekitar Kecamatan Majenang sehingga kita gunakan untuk bisa diaplikasikan ke dalam kolam,” tuturnya.

            Ditambahkan oleh Sugiyanto, dedaunan yang digunakan untuk bahan baku probiotik ini memang sudah teruji dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat sekitar untuk budidaya gurami di Kec. Majenang.

            Sebut saja daun lembesan yang sering digunakan penduduk sebagai bahan antibiotik alami bagi ikan. Biasanya masyarakat menyebarkan daun lembesan saat pengolahan lahan kolam tanah. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2 dan digunakan dalam sekali masa tanam.
            Sedangkan daun johar sendiri sering digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan ikan gurami dan menghindarkannya dari penyakit jamur. Biasanya masyarakat hanya menyebarkan daun johar ke dalam kolam untuk dikonsumsi ikan gurami.
           Oleh Sugiyanto dedaunan kaya manfaat ini dicampurkan kemudian diekstrak menjadi biang probiotik. “Untuk bisa diaplikasikan dalam kolam, biang probiotik ini bisa diencerkan atau dikembangbiakkan kembali sampai probiotik berbau seperti tape/alkohol,” ungkap Sugiyanto.
           Dosis penggunaan probiotik sendiri bisa digunakan sebanyak 1 liter untuk 150 m3 kolam ikan. Cukup encerkan 1 liter probiotik dengan air, aduk rata dan tebarkan ke permukaan air secara merata.

Memacu Pertumbuhan Ikan

            Melalui inovasi probiotik air ini, kelompok pembudidaya ikan di daerahnya merasakan langsung perbedaan kualitas ikan gurami dibandingkan sebelumnya.

            “Dengan adanya probiotik ini, ikan gurami yang dibudidayakan lebih baik kualitasnya. Dan dagingnya pun lebih nikmat karena sama sekali tidak ada bahan kimia yang dikonsumsi ikan,” ungkapnya.

            Hal tersebut dibenarkan oleh Pakar Gurami dari Universitas Gadjah Mada, Ir. Gandung Hardangningsih. Probiotik dalam kolam khususnya air memang telah terbukti bagus untuk pemeliharaan kolam dan memacu pertumbuhan ikan.

            “Karena adanya introduksi dari mikroba positif yang masuk maka kolam menjadi lebih sehat dan ikan menjadi lebih kuat dari stress hingga penyakit. Apalagi jika probiotik tersebut diolah dari bahan dedaunan yang alamiah,” tuturnya.

    Gandung juga sempat menambahkan sebaiknya pengaplikasian probiotiknya dilakukan saat bibit akan masuk kolam. Misalnya 3 hari sebelumnya, air kolam diguyur probiotik lebih dahulu agar kondisi air tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan cukup dua minggu sekali.

            Selain digunakan dalam kolam ikan gurami, kolam ikan budidaya ikan air tawar lain pun probiotik ciptaan Ir Sugiyanto ini bisa diaplikasikan. Hasilnya,  kolam sehat, ikan tahan penyakit dan kualitas ikan semakin baik. (gsh)